Participle Phrase

A.    Participle
        Participle ialah verb-ing atau verb-3 yang berfungsi sebagai verb, adjective dan adverb. Ada dua macam participle, yaitu present participle (verb-ing) dan past participle (verb-3).
a.       Present Participle
           Present participle biasanya dikenal sebagai verb-ing ialah participle yang dibentuk dari base form (verb 1) dengan menambahkan –ing. Present participle mempunyai bentuk yang sama dengan gerund, namun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Gerund berfungsi sebagai noun, sedangkan present participle bisa berfungsi sebagai verb maupun adjective.
Cara membentuk verb-ing dari base form (verb-1) ini berlaku untuk gerund dan present participle. Dibawah ini adalah aturan pembentukan base form (verb-1) menjadi verb-ing:
1) Jika base form berakhiran –e, maka –e dibuang, lalu ditambahkan –ing.
     Contoh:
      write          →        writing
                     Take          →        taking
                     Argue        →        arguing
                     Love          →        loving
                     Come         →        coming

2) Base form berakhiran –ee, maka langsung ditambahkan –ing.
     Contoh:
                     Agree        →        agreeing
                     See            →        seeing
3) Jika base form berakhiran huruf konsonan (selain h, w, x, y) yang didahului oleh satu huruf vocal dalam satu suku kata, maka huruf konsonan ditulis dobel baru ditambahkan –ing.
     Contoh:
                      Beg           →        begging
                      Stop          →        stopping
                      Run          →        running
                      Hit            →        hitting
                      Rob          →        robbing

4) Jika base form berakhiran huruf konsonan (selain h, w, x, y) yang didahului oleh satu huruf vocal dalam kata yang tekanan pengucapannya pada suku kata terakhir, maka huruf konsonan di tulis dobel baru ditambahkan –ing
    Contoh:
                      prefer        →        preferring
                      admit        →        admitting
                      control      →        controlling
                      quarrel      →        quarrelling
                      permit       →        permitting 
5) Jika base form berakhiran –ie, maka –ie diganti –y, lalu ditambahkan –ing.
    Contoh:
                      die                        →        dying
                      lie                         →        lying
                      tie             →        tying (tieing)
                       
6) Verb berakhiran –y tidak mengalami perubahan, jadi langsung ditambahkan –ing.
    Contoh:
                      hurry         →        hurrying
                      pray          →        praying
                      buy           →        buying

b.      Past Participle
      Past participle atau biasa dikenal sebagai verb-3 ialah participle yang dibentuk dari verb-1 yang terbentuk dengan penambahan akhiran –ed atau –d dan berubah bentuk yang tidak beraturan.
B.     Participle Phrase
       Participle phrase (participial phrase) ialah frasa yang terdiri dari participle beserta complement atau modifier-nya.
Contoh :
Following the instructions carefully, the trainees complitid the project successfully.
→ The instructions sebagai objek dan carefully sebagai adverb yang menerangkan following (participle).

Bentuk- bentuk participle phrase adalah:
1.      Participle bersama objek
Contoh:
Finding the problems resolved, he promised us a reward happily.
The problem adalah objek dari finding
2.      Participle being bersama complement
Contoh :
Being lazy, he does not earn enough to support his family.
Lazy (adjective) sebagai complement dari being.
3.      Participle yang diterangkan adverb maupun adverb phrase.
Contoh :
Studying hard, Robert passed the final exam.
Hard (adverb) menerangkan studying.
4.      Participle yang merupakan peringkasan adverb clause
a.       Adverb clase of time (menerangkan waktu)
•  Berarti “setelah” (after)
Contoh:
Having finished all her housework, she sat down to watch television.
= After she had finished all her hosework, she sat down to watch television
• Berarti “sambil” (while atau when)
Contoh :
Listening to the radio, andrea usually studies at night.
b.      Adverb clase of cause (menerangkan sebab)
Contoh :
Having worked hard all his life, he decided to take a long vacation.
=  Because he had worked hard all his life, he decided to take a long vacation.
c.       Adverb clause of result (menerangkan akibat)
Contoh:
He doesn’t care about his friends, having few friends.
=  He doesn,t care about his friends so that he has few friend’s.

5.      Participle yang merupakan hasil peringkasan adjective clause
Contoh:
The girl wearing the red is Jessica.
= The girl who wears the red blouse is Jessica.

CACATAN:
1.      Posisi participle phrase dalam kalimat
a.       Di awali kalimat
Contoh:
Crying for milk, the baby woke everyone up.
b.      Di tengah kalimat
Contoh:
The baby, crying for milk, woke everyone up.
c.       Di akhiri kalimat
Contoh;
The baby woke everyone up, crying for milk.
2.      Pemakaian koma dalam participle phrase
        Participle yang merupakan peringkasan adjective clause tergantung adjective clausa itu sendiri. Jika berupa restrictive (sangat diperlukan), maka tanpa koma. Jika berupa non-restrictive (tambahan), maka menggunakan koma.
a.       Restrictive
Contoh:
A student hoping to finish college in three years must study very hard.
(Siswa yang berharap menyelesaikan studinya dalam waktu tiga tahun harus rajin belajar). Jadi, siswa yang dimaksud adalah hanya siswa yang berharap / ingin lulus kuliah dalam tiga tahun, bukan yang lain.
b.      Non-restrictive
Contoh:
Harry, hoping to finish college in three years, must study very hard.
( Harry yang berharap menyelesaikan studinya dalam waktu tiga tahun harus rajin belajar). Semua orang sudah mengenal Harry. Jadi, tanpa diberi keterangan apa pun, kalimat tersebut tetap bisa dipahami.
3.      Posisi adverb dalam participle phrase
a.       Sebelum atau setelah participle phrase
Contoh:
Quickly clearing the table, she went into the kitchen to bring out the coffe.
Clearing the table quickly, she went into the kitchen to bring out the coffee.
Quickly ( adverb ) menerangkan  clearing the table.
b.      Sebelum atau setelah auxiliary yang ada dalam participle phrase
Contoh:
Never having gone to Indonesia, they didn’t know about Bali.
Never (adverb) menerangkan having gone to Indonesia.
4.      Objek main verb ( kata kerja utama ) adalah subjek ( pelaku ) dari participle.
a.       Setelah verb tertentu di bawah ini:
Behold                        feel
Hear                            listen to
Notice             observe
Perceive                       see
Watch              witness
Contoh:
I saw him being attacked
Him sebagai objek dari saw ( main verb )dan sebagai subjek dari being attacked (participle).
b.      Setelah have
·         Present Participle
Contoh:
I will not have them smoking cigars in my living room.
→ Them sebagai objek dari have ( main verb ) dan sebagai subjek dari smoking (participle).

·         Past Participle
Contoh:
Please have these dresses cleaned.
These dresses sebagai objek dari have ( main verb ) dan sebagai subjek dari cleaned (participle)
c.       Setelah get
·         Present Participle
Contoh:
Thomas got his sister singing on the stage.
His sister sebagai objek dari got (main verb) dan sebagai subjek dari singing (participle).
·         Past Participle
Contoh:
He got all the work done last night.
All the work sebagai objek dari got (main verb) dan sebagai subjek dari done (participle).
d.      Setelah catch, find, keep, leave, dan send
·         Present Participle
Contoh:
The police caught the young boy stealing a car.
The young boy sebagai objek dari caught (main verb) dan sebagai subjek dari stealing (participle).
·         Past Participle
Contoh:
He found his dog tied to tree.
His dog sebagai objek dari found (main verb) dan sebagai subjek dari tied (participle)
5.      Subjek main verb ( kata kerja utama ) adalah subjek ( pelaku ) dari participle
a.       Setelah sit, stand, dan lie
Contoh:
Tom stood waiting for his mother.
Tom adalah subjek ( pelaku ) dari stood ( main verb ) dan waiting (participle).
b.      Setelah go dan come
Contoh:
Anderson came running to the door.
Anderson adalah subjek ( pelaku ) dari came ( main verb ) dan running (participle).
6.      Waktu yang ditunjukkan present participle tergantung dari main verb
a.       Present time ( masa sekarang )
Contoh:
The woman addressing the audience now is a famous scientist.
→  Main verb berupa is ( simple present tense )
b.      Past time ( masa lampau )
Contoh:
The man having those apartments came to my wedding party.
→  Main verb berupa came ( simple past tense )
c.       Future time ( masa yang akan datang )
Contoh:
The students understanding French will go to Sorbonne University to attend international symposium.
→ Main verb berupa will go (simple future tense)
KESIMPULAN
          Participle ialah verb-ing atau verb-3 yang berfungsi sebagai verb, adjective dan adverb. Ada dua macam participle, yaitu present participle (verb-ing) dan past participle (verb-3). Participle phrase (participial phrase) ialah frasa yang terdiri dari participle beserta complement atau modifier-nya.
Bentuk-bentuk Participle Phrase yaitu:
1.      Participle bersama objek
2.      Participle being bersama complement
3.      Participle yang diterangkan adverb maupun adverb phrase
4.      Participle yang merupakan peringkasan adverb clause
5.      Participle yang merupakan hasil ringkasan adjective clause

                                   




 

Light Novel Pertamaku

I DREAM
 Mimpi bagi sebagian orang mungkin merupakan hal yang biasa, namun ketika dunia ini berubah karena hal yang biasa seperti mimpi, apakah anda masih bisa bermimpi memimpikan impian yang mampu merubah dunia anda sendiri?”.

Prologue

            Pernah memiliki pekerjaan yang tidak kau sukai dan bekerja sangat keras? Hari yang melelahkan dalam bekerja, akhirnya kau pulang, berbaring ditempat tidur, menutup matamu. Kemudian kau bangun dan menyadari sepanjang hari saat bekerja ada dalam mimpimu. Sudah cukup buruk kau menjual kehidupan sadarmu untuk upah yang minim, namun sekarang mereka juga mendapatkan mimpimu secara gratis. Aku yang masih ingusan sendiri mengerti bagaimana pedihnya kehidupan ini. aku tidak menyalahkan siapapun, aku hanya membanggakan mimpi.
            “Mimpi”, tidak sekecil itu, dari yang terkecilpun itu dimulai dari mimpi, karena semua orang pasti pernah bermimpi. Sebagian menganggapnya bunga tidur, kemudian yang lain menambahkan mimpi sebagai fenomena yang mirip ilusi. Awalnya aku tidak berpikir demikian, dan umumnya apabila orang berkata awalnya maka akhirnya tentu akan mudah ditebak, namun saya bukanlah tipe yang mainstream, berusaha mencari hal yang baru dan berbeda dari orang lain menjadi motto utamaku. Jika awalnya  aku tidak berfikir demikian maka akhirnya pun juga akan demikian.
            “Huh aternatifnya pendirianku mengalahkanku”. Sambil menghela nafas.
            Namun sesekali pernahkah kamu berfikir untuk mengontrolnya? Ini seperti, hidupmu adalah apa yang kau ciptakan, sesuatu seperti yang kamu inginkan mungkin dengan mudah dapat kamu wujudkan. Bagaimana jika seandainya beberapa kesempatan diberikan padamu? Kalau Aku tentu akan  membuat yang terbaik untuk itu. Pertama, Kau harus menyadari bahwa kau sedang bermimpi di tempat itu. Kau harus bertanya pada dirimu, "Apakah ini mimpi?" Kebanyakan orang tidak akan bertanya pada diri mereka. Sleepwalk di kesadaran dan wakewalk didalam mimpi, seorang eksentrik seperti aku tentu tidak memiliki masalah dengan itu.
            Tepat hari ini, ulang tahun sekaligus dua digit pertamaku, aku bersyukur hanya dihadiahi artikel berjudul “this man” oleh google, beberapa orang yang telah membacanya merasa ingin tahu bagaimana mungkin satu orang muncul di mimpi ribuan orang berbeda dari belahan dunia ini, beberapa orang yang pernah memimpikan “This Man” mengatakan “ia muncul ketika kami sedang tersesat dan tidak tahu arah untuk kembali”, “ia muncul dan terbang bersamaku”.
“Huft, Hari ini terlewati seperti biasa”, sahutku kembali dalam hati.
Aku selalu berharap akan ada hal yang menarik dan berkesan setiap harinya. Sambil menuju ke kamar untuk tidur, sejenak aku merenungkan rencana yang hebat untuk hari esok.
            Ketika bangun semuanya terasa begitu mudah atas apa yang pernah aku alami, yah mungkin karena kejadian kemarin yang membuat saya so pintar karena teori-teori yang saya buat. Aku pun bergegas mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Karena terlambat bangun, di rumahku terlihat kosong, pengaruh “Monday ThrillerTriThri” ternyata semakin menjadi-jadi di era modern ini, orang tua dan saudara-saudara ku sepertinya telah pergi mengurus urusan mereka masing-masing bahkan di pagi hari. Namun berawal dari kejadian ketika kembali ke kamarku, suasana mulai menjadi suram 190°, langit terlihat gelap, tembok-tembok retak, hujan gerimis yang berbau minyak mulai turun. Hal ini bukan terjadi secara tiba-tiba melihat keadaanku memang setangah sadar melangkah menuju kamar mandi. Namun entah mengapa detak jantungku mulai berdenyut kencang, saya bahkan tidak berfikir untuk mengontrolnya sekuat tenaga, ditambah lagi ibu ku sendiri muncul di kamarku dengan sosok yang tua rentah, sambil menatapnya aku mulai berifikir bagaimana hal mustahil seperti ini bisa terjadi. Sambil menatapku kebingungaan, Ibuku berkata, 
Aku tidak bisa menjelaskan semua hal dari 3000 tahun sejak kamu terakhir tertidur nak.”
Entah bagaimana bisa aku yang masih muda bisa terus hidup dan melihat ibuku dengan keadaan seperti itu. Hal pertama yang muncul dipikiranku setelah sadar bahwa sekarang saya berada di masa depan adalah menyia-nyiakan waktuku, aku merasa tidak tahu harus berbuat apa-apa, teman-temanku yang dulu sia-siakan, orang tuaku yang tidak sempat aku bahagiakan serta yang paling membuatku drop adalah kehidupanku yang tidak mampu aku bagi bersama dengan orang yang aku sayangi.
            Setelah merenung lama, dan mengusap mataku, memulai untuk menerima semuanya, pandanganku sangat buram, keringat dingin seakan menyelimuti sebagian tubuhku, akupun terbangun dan menyadari bahwa semua yang aku alami tadi hanyalah sebuah mimpi, aku bahkan tidak pernah berfikir kejadian seperti halusinasi ini mampu aku kontrol, layaknya peran dalam sinetron, aku benar-benar terhipnotis dan tidak mampu lari darinya, dunia yang begitu berbeda membuat saya seakan hidup didalamnya. Aku tidak mengerti entah apa yang terjadi dalam hidupku, sebelumnya anggapanku tentang mimpi mungkin berlebihan dan aku sama sekali tidak punya masalah dengan itu. Sepertinya realisasi dari pemikiranku belum siap aku jalani dan mungkin aku takkan memandang dunia dengan cara yang sama lagi, ditambah aku merasa ini hanya awalnya dan terus akan berlanjut.


Chapter 1 ; LUCID SOCIETY
Inception
            Mimpi aneh ini membuat pemikiranku sedikit berubah, akan tetapi aku masih yakin setidaknya ada sesuatu yang bisa dijelaskan. Diawali ketika aku merencanakan sesuatu sebelum tidur. Waktu itu aku sangat berharap ke esokan harinya dapat menjadi hal yang tidak akan aku lupakan, semua orang mengagumiku, ibarat hidup ini merupakan film yang pemeran utamanya adalah saya sendiri. Saya mengakui hal tersebut mungkin terlalu egois dan tidak heran mimpiku di malam itu seperti yang terlihat. Aku juga memiliki visi agar semua manusia di muka bumi ini mampu hidup tenang dan tentram, pada dasarnya saya ini juga adalah orang yang baik dan dengan menjadi orang yang baik kemudian dikagumi maka semua manusia akan menuruti keinginanku. Pengamatanku jika manusia tidak terlalu banyak berfikir untuk menolak dan menerima perintah dari orang yang baik maka alangkah indahnya dunia ini kelihatan.
            Singkatnya hari ini beberapa dari waktuku jadi terbuang hanya untuk memikirkan satu hal, Oleh karena itu saat menjelang tengah hari aku pun berusaha memikirkan banyak hal yang berguna untuk menghabiskan beberapa waktuku yang terus berjalan. Hal ini juga bernilai positif ditambah mimpi kemarin berusaha mengingatkan saya agar tidak menyia-nyiakan waktu hidupku, mulai dari kegiatan membantu keluargaku sampai disaat aku berguna bagi teman-temanku. Saya merasa yakin tidak ada tempat lagi bagi mimpi untuk menggangguku. Sementara memikirkan hal itu semua, tiba-tiba hal buruk kembali menimpaku, badanku tidak mampu aku gerakkan, aku tidak bisa bernafas sama sekali, waktu itu aku berharap seseorang menolongku akan tetapi suara pun sepertinya tidak mampu terucap, walaupun mataku mampu bergerak ke kanan dan ke kiri. Sleep Paralysis secara ilmiah banyak dijelaskan terjadi ketika otak mendadak terbangun namun tubuh sama sekali belum siap merespon. Aku yakin ini pengaruh kebanyakan berifikir. Setidaknya itu yang aku ketahui hingga saat ini, dan aku beruntung pelajaran biologi waktu itu aku tidak tidur.
            Aku merasa ada sesuatu yang tidak normal terjadi dalam diriku, sejak kemarin masalahku selalu dimulai ketika tidur. Aku berusaha menenangkan diri dan berdoa sejenak setelah keadaan menegangkan tadi. Di malam harinya aku berharap semoga tidak akan ada lagi hal yang aneh terjadi dalam tidurku. Di malam itu aku pun tertidur namun keinginan saya untuk tidur dengan nyenyak sepertinya kembali terganggu, di Mimpiku saya masuk kedalam rawa yang gelap berisi hewan-hewan  mengerikan, mereka hanya menampakkan sinar mata yang berwarna hijau seakan menatapku lebih dalam dari seekor predator di malam hari, ketika itu aku hanya berjalan lurus berharap keadaan ini cepat berakhir,
            Sesampainya di batu besar yang aku yakini sebagai tempat pemberhentian, aku disapa oleh seorang berperawakan tinggi dengan topi hitam mirip seorang pesulap. Tanpa basa-basi orang itu menyapaku dengan nada datar:
             “Hai selamat datang Lucid, apa ada yang bisa Grim bantu”?
            Walapun singkat dan aneh, saya menyimpulkan tiga hal, pertama orang ini bernama Grim, ia juga mengatakan hal tersebut menandakan ia mengetahui bahwa saya butuh bantuan dan terakhir ia tidak suka berbicara panjang lebar. Aku hanya diam meresponnya, Aku curiga jika mengikuti keinginannya mungkin saya terlihat lemah dan jadi mangsa bagi siapapun yang berniat jahat kepadaku.
            Mungkin dengan alasan itu Grim membuatku agar lebih merespon dirinya, ia berkata;
            “Apakah kamu ingat kamu pernah lumpuh dalam tidurmu? apakah engkau tidak menyadarinya? jadi menurutmu keadaanmu kini dan keadaanmu sebelumnya itu tidak berkaitan?”
Dalam hatiku “Wah kesimpulan terakhirku keliru, sumpah baru kali aku bertemu dengan orang yang terus berbicara dan bertanya sampai tiga kali kepadaku bahkan sebelum aku respon.”
(Grim melanjutkan) ”Bagi sebagian orang, lumpuh dalam tidur adalah hal yang menakutkan, namun bagaimana pun juga itu adalah tugasku sebagai Paralyzer di dunia yang aneh ini. Aku mengikat beberapa otot kunci dari bagian tubuh manusia, seperti otot lidah, kaki tangan dan lainnya, huh sungguh menyusahkan”.
“Mengapa ia masih berbicara”? aku mulai kesal.
“Namun aku tidak dapat menjelaskan alasanku melakukannya,” Grim terus saja berbicara.
“Aku juga tidak ingin tahu, aku hanya ingin pergi dari sini”. Sahutku dalam hati. Namun ketika aku berniat ingin meninggalkannya karena tidak tahan, Dengan nada sinis, Grim kemudian berkata;
Mengingat kita pertama kali bertemu apakah kau tidak ingin ingin mengetahui mengapa hal aneh selalu terjadi dalam tidurmu”?
Aku pun merasa penasaran dengan pertanyaan serius tadi, akhirnya aku pun meresponnya;
“Mengapa kau bisa mengetahui masalahku, apakah ini semua karena perbuatanmu?”
Yah mungkin tidak semuanya, akan tetapi ada beberapa hal penting yang harus saya jelaskan padamu, sebelumnya mari kita pergi dari tempat membosankan ini”. Kata Grim sambil membawa saya berjalan-jalan mengenal lebih lanjut tentang dunia aneh ini.
“Sekarang ini sepertinya telah terjadi ketidak seimbangan antara dunia nyata dan dunia ini, lagi. Ah kami menyebut dunia ini sebagai dunia Lucid, dimana mereka yang bermimpi di duniamu memiliki kesadaran penuh di dunia ini, bekerja, bermain, dan berinteraksi, semuanya berkumpul membentuk suatu Lucid Society seperti yang kamu lihat semua orang disini, memang mereka semua memiliki kesadaran untuk berfikir akan tetapi ada satu hal yang mereka tidak sadari,
Apa itu?” sahutku.
“Mimpi! “Bisa dikatakan mereka hanya NPC didunia ini. jawab Grim”.
Mengapa bisa, kamu bilang tadi mereka memiliki kesadaran? seraya balik bertanya.
Dengan menghela nafas, Grim pun berkata;
Huh, sungguh menyusahkan, baiklah coba pungut batu itu!”
Walaupun agak kesal aku terpaksa mengikuti perintah Grim.
Sekarang lempar dengan sekuat tenaga ke salah satu Lucid Dreamer”. Kata Grim.
Huh kamu bercanda, “sahutku
“Sudah lakukan saja, huh sungguh menyusahkan orang ini” Paksa Grim.
“Baiklah kalau orang itu marah, kamu yang tanggung”, aku pun dengan sungguh-sungguh melempari punggung salah satu lucid dreamer setelah melihat persetujuan dari raut muka Grim.
            Hebatnya, beberapa detik sebelum batu yang aku lempar itu mengenai punggungnya, tiba-tiba lucid dreamer itu berbalik dan menangkapnya,
”Hai bocah berhenti bermain-main. Apa kau mau aku tidur selama-lamanya (mati)?”
Aku pun meminta maaf dan berkata ini bukan salahku tapi Grim. Entah apa yang terjadi lucid dreamer itu malah berbalik dan melanjutkan  kegiatannya semula, seolah menyegani keberadaan Grim. Melihat kondisi itu, aku pun sedikit mulai mengerti. Mereka memang memiliki kesadaran penuh di dunia ini ditambah kemampuan reflect yang sangat luar biasa, namun mereka seakan menolak berfikir bahwa ada dunia lain yang lebih nyata dari dunia ini.
            Di perjalanan, Grim menjelaskan banyak hal yang telah terjadi di dunia ini, hal itu mustahil ia jelaskan semua toh dia berfikir suatu saat aku akan menyadarinya sendiri. Ia pun menambahkan bahwa sekarang ini telah diumumkan Quest bagi para dream travellers.
“Dream Travellers atau Dreller merupakan istilah bagi orang dari duniamu yang mampu mengendalikan mimpi mereka di dunia ini, kemampuan mereka mirip lucid dreamer, namun yang berbeda adalah mereka sadar kalau dunia ini adalah mimpi. Seingatku sekarang ini hanya ada 10 orang, jumlahnya memang sedikit karena kemampuan mereka itu adalah bakat yang hanya dimiliki oleh beberapa orang selama 300 tahun sekali per generasi, mereka akan terus hidup di dunia nyata mencari inang yang baru, akan tetapi mereka mortal/bisa mati di dunia ini. Aku tidak terlalu berbakat berpanjang lebar”. Kata Grim
Mendengar ocehannya aku mulai curiga ia akan kembali berpanjang lebar.
”Sepertinya ia tidak sadar, tunggu dulu ia membuat dirinya seolah memegang bagian tertinggi di percakapan ini, membuat dirinya sebagai pusat perhatian. Aku tidak bisa membiarkan hal ini, “Baiklah aku……”
            Ternyata benar, Grim menghiraukanku dan melanjutkan perkataannya;
            “Akan tetapi mereka semuanya berjumlah 30 orang dan hanya tersisa 10 orang sekarang ini, yah walaupun kemampuan mereka itu unik akan tetapi kaum mereka yang paling lemah di dunia Lucid ini, tugas mereka hanya memenangkan quest yang diberikan oleh para Dream Society” (kita sebut NPC).
(Gerincingan Lonceng tiba-tiba berbunyi)
            “Baiklah sepertinya permainan menarik ini sudah dimulai. Kamu duduk saja disini, aku yakin kamu pasti tertarik.”
            Karena tidak tahu apa-apa, aku pun menyerah mengikuti keinginan dan penjelasan Grim.
            “Grim sekarang bagaimana, mengapa tidak terjadi apa-apa?
            “Sekarang kamu coba lihat ke langit!” Jawab Grim.
Seketika itupun aku merasa takjub melihat sekumpulan orang yang melayang dengan kecepatan yang luar biasa di langit, namun yang membuat mata dan mulut saya tidak bisa tertutup yaitu karena terlena dengan permainan yang mereka mainkan, permainan itu mirip sepakbola salah satu olahraga favoritku di dunia nyata. Mereka memainkan sebuah bola mirip cahaya dengan kaki, memberikan umpan ke rekan mereka untuk mencetak gol ke wilayah lawan, yang berbeda adalah mereka melakukan hal tersebut dengan melayang di udara. Lubang hitam yang aku yakini sebagai gawang juga tampak mencurigakan, hanya ada satu dan bahkan mereka tidak berniat untuk menjaganya.  
“Huft sepertinya aku harus menerima semua hal yang aneh ini.” Ujarku sambil menghela nafas.
Sambil tertawa licik, Grim memperjelas penjelasannya.
             “Hhe yang kamu lihat itu hanya sebagian, sebenarnya tujuan dari permainan ini adalah melindungi wilayah NPC dibawah sini, coba kamu perhatikan lawan dari para Dreller?”
Sambil melihat ke wilayah lawan, Aku pun sedikit merasa aneh sebap tidak satu pun dari lawan yang berada di arena. Tiba-tiba di belakangku muncul sesosok makhluk hitam yang melayang memancarkan aura gelap, aku pun tidak dapat bergerak dan berteriak seperti saat mengalami paralyze waktu itu. Namun bola cahaya menyelamatkanku darinya, ternyata itu adalah bola yang ditendang langsung oleh salah satu Dreller dari atas,
            “Haha seperti itulah maksud quest yang diberikan, para Dream Travellers berusaha menjaga Dream Society dari gangguan lawan. Cara yang paling efisien adalah melenyapkan semua lawan. Ah sepertinya kata “lawan” terlalu sentimentil, lebih tepatnya itu  adalah Hollow”. Kata Grim sambil tertawa menyaksikan jalannya permainan ini.
Aku pun mulai mengerti dan terus menyaksikan permainan menarik ini, skill yang mereka perlihatkan tidak kalah hebat dari permainan professional di duniaku. Mereka sangat nyaman dan terlihat mudah ketika mengendalikan permainan sesuai dengan keinginannya di dunia ini, seperti yang Grim jelaskan sebelumnya karena mereka memiliki kemampuan mengendalikan dan memanipulasi gerakan yang mustahil dilakukan di dunia nyata.
            Kekaguman tersebut tidak berlangsung lama, waktu itu aku melihat dari kejauhan seorang NPC terlihat tidak memiliki harapan hidup lagi, melihat Hollow didepannya berada sangat dekat, tiba-tiba salah satu dari Dreller berhasil mengenai dan menembus tubuh Hollow dengan bola cahaya, ternyata bola yang bahkan melayang bagaikan peluru itupun belum bisa mengalahkan lawan, hanya membuatnya seperti menembus bayangan, Hal yang mengejutkan pun terjadi, tepat dibelakang Hollow tersebut bola yang menembus badannya justru mengenai NPC tadi. Tubuh Hollow seperti biasa tidak akan lenyap dengan serangan seperti itu. Semua NPC pun mengangah tanpa berkata-kata serta memperlihatkan muka kesedihan.
Grim berkata; ”ah aku lupa peraturannya, sekarang kamu sudah tahu bahwa tujuan dari permainan ini adalah melindungi NPC, jadi kamu pasti sudah bisa menebak bagaimana jika sebaliknya justru membunuh NPC, yah konsekuensinya sama dengan Hollow ketika diburu yaitu mereka harus lenyap dan tidak akan muncul lagi.”
Kondisi ini bagi para dreller justru sangat merugikan, disatu sisi mereka harus melindungi NPC yang resikonya harus melenyapkan para Hollow yang juga memiliki hak untuk melenyapkan para Dreller, disisi lain jika mereka gagal melindungi NPC tepat dihadapan mereka, maka otomatis mereka akan ikut lenyap dari dua dunia. Sepertinya aku mulai mengerti sebelumnya Grim mengatakan para Drellers itu lemah.
Aku pun tidak bisa membiarkan hal itu, entah mengapa tubuh ku serasa panas ingin berpartisipasi dalam game namun aku hanya dapat menutup mataku menyadari bahwa sepertinya aku hanya sebagai NPC didalam dunia ini, aku pun kembali membuka mataku dan berharap keadaan ini berubah, tiba-tiba tanpa aku sadari aku sudah melayang di udara, semua NPC merasa heran mengapa aku bisa melayang dan membuat diriku terlihat oleh semua orang.
Aku merasa seluruh tubuhku sangat ringan, baru kali ini aku sebebas angin mengendalikan tubuhku. Aku pun mulai bergabung dengan para Dreller yang tersisa, walaupun gerakanku tidak sesempurna saat mereka melayang akan tetapi saya berusaha mengikuti setiap detail gerakannya tanpa menghambat mereka semua. Ditengah kehebohan itu salah satu Dreller menghampiriku, sepertinya mukanya tampak tidak asing bagi saya namun, hal yang terpenting adalah menyelesaikan quest ini. Seakan Dreller tersebut mengetahui isi pikiranku, ia pun bertanya kepadaku;  
“Apakah kamu tahu tujuan dari Quest ini?
“Untuk melindungi para NPC” kataku.
Sambil menatapku Dreller tersebut memberikan instruksi dengan menunjuk daerah black hole seolah menyuruhku memikirkan kembali apa sebenarnya yang harus dilakukan dari Quest ini.
Berfikir karna mungkin jawabanku salah, aku pun mulai tersadar, mengapa aku begitu bodoh tidak menyadari hal sepenting ini. Melihatku mulai mengerti akan keadaan, para drellers mulai memberiku kepercayaan dengan memberikan umpan yang luar biasa akurat, tentu saja aku tidak akan melepaskan kepercayaan dari rekan-rekanku, aku pun menendang bola mirip cahaya itu sekuat tenaga sekaligus memperhatikan kemana bola akan diarahkan selanjutnya, secara spontan arah tendangan aku manipulasi hingga mampu mengenai dua Hollow sekaligus dan memasukkannya dalam gawang yang mirip black hole. Tersisa delapan Hollow untuk dilenyapkan.
Para penonton tetap tenang dan membisu, sedangkan rekan-rekanku para drellers bergemuruh di arena quest. Sekarang aku mulai yakin dengan apa yang terjadi disini, pertama, Quest ini diberikan oleh para NPC untuk melindungi mereka tapi NPC sama sekali tidak berniat bekerja sama dengan Dreller, mungkin hal ini yang membuatku sangat geram melihat jumlah Dreller saat ini terus berkurang. Kedua, para NPC, tidak akan mati oleh Hollow. Buktinya setelah memperhatikan lebih lanjut, Hollow terlihat sengaja mendekati NPC padahal sangat banyak kesempatan untuk melenyapkannya hanya untuk memancing Dreller menembakkan bola cahaya ke tubuhnya dan mengenai NPC, ditambah lagi selama permainan berlangsung hanya satu dari NPC yang lenyap. Sehingga dalam hal ini NPC mampu adalah musuh yang sebenarnya. Terakhir, agar tidak mengenai para NPC seperti kejadian sebelumnya, maka tendangan bola harus mengenai Hollow, namun hal itu belum cukup karena itu atas arahan salah seorang Dreller aku cukup mendorongnya menuju ke black hole. Seperti yang Grim katakan sebelumnya, para Lucid Dreamers mampu mengontrol mimpinya sesuai dengan keinginannya, maka aku pun juga berusaha memanipulasi keadaan disini sesuai dengan keinginanku. Bola cahaya yang aku tendang dengan keras melempeng dan mendorong tubuh Hollow untuk kemudian mengarahkannya ke black hole.
 Mendengar hal tersebut, salah satu dari Dreller pun berkata :
“Haha kamu cepat belajar rupanya, aku jadi bersemangat, mari kita selesaikan sekarang”.
Akhirnya quest ini pun berakhir sesuai dengan yang diperkirakan. Semua Hollow telah lenyap dan masuk ke Black Hole.

Unexpected Truth
Bagiku permainan berakhir dengan memuaskan, namun banyak hal yang masih aku ingin ketahui di dunia ini, walaupun mungkin aku juga tertarik untuk kembali keduniaku akan tetapi aku bukan tipe orang yang ingin lari dari keadaan yang belum terselesaikan. Salah Satu Dari Dreller mengajakku ke base para drellers. Aku pun berpamitan dengan Grim karena sejauh ini telah membimbingku. Aku bahkan tidak memberikan apa-apa untuk membalas kebaikanya.
Bagaikan perjalanan yang panjang sekarang aku kembali bersama dengan orang asing yang berbeda. Di tempat itu mereka memperkenalkan diri. Yang pertama bernama Deen, ia orang pertama yang secara tidak langsung aku sapa di permainan tersebut, karena terlihat berwibawa, dari awal aku sudah menduga orang ini adalah pemimpin dari para Drellers, orang terpandai dan menutupi semua kekurangan anggotanya, yang kedua bernama Shrief, ia mengatakan kalau dirinya sendiri adalah tipe yang tidak pernah menyerah. Selanjutnya M, seorang laki-laki bertubuh gempal, sepertinya ia bouncer di Drellers, orangnya gemuk namun tidak sadar dirinya gemuk, aku juga tidak tahu kepanjangan dari M. Won, keturunan china, badannya agak ramping, dan mungkin ini yang membuatnya paling cepat dan lincah diantara Drellers. Anton, Dreller yang paling bersemangat ketika Quest diumumkan, Andy, bertubuh kecil namun berjiwa mekanis, orang memanggilnya si empat mata. Azkart, pendiam namun disegani saat berhadapan dengan Hollow. Wing, seperti namanya ia sangat menyukai terbang melayang di udara, dan terakhir yang tersisa yaitu Jimmy, pribadi yang suka berteman.
Karena telah memperkenalkan diri maka alangkah tidak sopannya jika aku tidak memperkenalkan diriku juga. Akupun berpanjang lebar menceritakan siapa aku dan mengapa aku bisa berada di dunia aneh ini, semua kejadian sebelumnya aku ceritakan tanpa berfikir panjang. Aku yakin mereka adalah orang-orang yang baik yang dapat aku percayai. Setelah mendengar ceritaku, Deen pun memberitahuku hal yang mengejutkanku bahwa aku ini adalah Dreller, sama seperti mereka, ia berkata;
“Kamu sudah menyadari bahwa ini semua adalah mimpi, itu cukup membuktikan bahwa kau adalah Dreller”, tegas Deen.  
 “Kalau semudah ini menjadi Dreller, mengapa orang yang berada di Lucid Society, tidak ingin menjadi Dreller, apakah karena ini butuh keberanian?
            “Haha kamu harus berbicara dengan salah satu NPC itu, aku yakin kamu pasti terkejut. Walaupun kamu katakan dunia ini adalah mimpi, mereka tidak akan percaya walaupun kau melenyapkannya.
            Shrief menambahkan;“kami para Drellers telah hidup lama di dunia ini, para NPC itu bagaikan “robot” yang mengendalikan dunia Lucid. Kami telah berusaha menjaga mereka tetap hidup di dunia ini dengan tujuan agar keseimbangan dunia ini tidak goyah.
            “Maksudnya keseimbangan?” Aku kembali bertanya karena kebingungan.
            Andy menyambung penjelasan Shrief dengan mengatakan bahwa:
            “keseimbangan dan kehancuran dunia ini tergantung dari NPC. Di dunia ini ada empat tingkatan,  pertama yaitu NPC, sebagai raja yang harus dilayani, kedua the Guardian penyedia event termasuk Quest dan para Hollow, orang yang aku lihat selalu bersamamu itu adalah salah satunya, belum ada yang mengetahui secara pasti jumlah mereka, namun setauku mereka ratusan. Ketiga Hollow, dan terakhir kami, para Drellers.”
            Aku pun kembali bertanya; “mengapa kalian pada tingkat terakhir, itu bukan kasta terlemah kan? Aku kembali bertanya.
            “Yah benar kenyataannya memang begitu.” Jawab Azkart.
Sambil menepuk pundak Azkart, Andy pun melanjutkan penjelasannya.
            “Dari keempat tingkatan itu, kami memang yang paling lemah alasannya, seperti yang kamu lihat di pertandingan sebelumnya, ada aturan yang harus kami patuhi selama di dunia ini, NPC hanya mampu lenyap ketika mengenai serangan kami dari Drellers, Sedangkan Hollow hanya mampu lenyap ketika muncul Black Hole entah itu hasil kreasi the Guardian ataupun karena proses kejadian alam disini. Sedangkan kami dari Drellers bisa lenyap kapan saja, baik itu serangan dari Hollow, the guardian, bahkan NPC sekalipun.”
            “Oleh karena itu melihatmu bereaksi membela kami sebelumnya membuat kami sedikit bahagia dan bersemangat,” sambung Jimmy.
Deen menjelaskan, Kami Drellers hidup di dunia nyata sebagai orang yang normal, hanya saja sebatas pribadi kedua untuk mereka yang sekarang hidup di dunia nyata, sangat berbeda ketika tidak berada di tubuh kami sendiri. Namun sebaliknya di dunia Lucid ini kami memegang kendali penuh”.
“Dan juga kami menyadari bahwa semua yang terjadi ini adalah mimpi. Itu yang membuat kami berbeda. Sangat banyak yang kami pelajari ditempat ini termasuk teknik-teknik yang mustahil dilakukan di dunia nyata. Kami memang terlihat bebas melakukan apa yang kami inginkan dengan memikirkannya, seperti membelokkan arah, tapi tidak semudah membalikkan tangan. Sampai saat ini kami hanya mampu memanipulasi gerakan-gerakan dasar, kemampuan seperti menciptakan unsur tertentu hanya dimiliki oleh Guardian.” Sambung Wing.
Aku pun merasa terkejut, ternyata Grim the guardian bisa sehebat itu. Tunggu dulu, apa yang kalian maksud tadi tentang keseimbangan tadi?
“Pertanyaan yang bagus”. Seperti yang Andy jelaskan sebelumnya ada empat tingkatan di dunia ini. Jika tingkatan keempat yaitu Drellers tidak mematuhi perintah dari NPC, maka otomatis NPC dengan pola pikir sederhananya akan meminta bantuan dari para Guardian. Satu hal lagi yang perlu kamu ketahui dari Guardian, jika mereka menggunakan kemampuannya atas keinginannya sendiri maka disuatu tempat di dunia nyata akan ada seseorang yang mengalami Sleep paralysis, dan jika beruntung Lucid Dream, yaitu mereka yang berasal dari dunia nyata kemudian terlempar ke dunia ini dan memiliki kesadaran penuh.” Seperti kamu walaupun sedikit berbeda. Nah seperti itulah kehidupan di dunia ini berawal.
“Yah, mereka hanya tidak sadar bahwa ini adalah dunia mimpi kan, Guardian yang bernama Grim juga sempat memberitahu hal ini kepadaku”. Sahutku.
“Benar, Namun berbeda jikalau mereka diminta untuk menggunakan kemampuannya oleh NPC, konsekuensinya semua makhluk di dunia nyata akan mengalami Sleep Paralysis yang berlangsung sangat lama, karena teorinya NPC meminta bantuan kepada sesuatu yang justru merugikan kaum NPC yaitu manusia, dan kamu pasti tahu apa maksudku, yah banyak manusia yang tidak akan mampu bertahan dengan kata lain NPC maupun Drellers juga akan ikut lenyap, dapat kamu bayangkan bagaimana mengerikannya. Oleh karena itu pola pikir NPC yang sederhana memaksa kami harus melenyapkan makhluk yang mengerikan seperti Hollow agar mereka tetap terjaga. Hal ini yang membuat Mark anggota terakhir, sangat membenci para NPC seperti yang kamu lihat ia melenyapkan Hollow tanpa menghiraukan NPC. Kami telah dan harus mengikuti siklus ini selama ratusan tahun. Banyak cara yang telah kami pikirkan seperti berusaha merubah pola pikir NPC, bernegosiasi dengan the Guardian, bahkan kami berusaha membuat agar Hollow sendiri meyakinkan dirinya bahwa mereka tidak berbahaya bagi NPC, namun hal itu selalu saja sia-sia, kami seolah terperangkap dan menjadi budak di tempat ini. Sangat sulit merubah sistem yang telah ada sejak dahulu”. Jawab Deen.
Mendengar penjelasan Deen aku hanya dapat terdiam, para Dreller yang sebelumnya aku anggap mengagumkan ternyata hidup penuh beban di Dunia Lucid ini.  
Aku kemudian bertanya kepada Deen; “bagaimana jika seandainya saya pergi bisa ke di dunia nyata dan mengubah pola pikir NPC, apakah bisa berhasil?
“Huh ini memang pernah dipikirkan sebelumnya, namun kamu tahu, tidak satupun diantara kami yang mampu mengendalikan pikiran dan tubuh fisik kami di dunia nyata, apa lagi mengubah pola pikir bukan tugas yang mudah bagi seseorang untuk dilakukan”. jawab Deen.
“Ayolah Deen, ada baiknya kita mencoba ide itu, kita percayakan saja pada anak baru ini”, rayu Shrief agar Deen menerima ide tersebut.
Anton pun bersorak ”Ide bagus kawan,  mungkin ini tujuan kamu bisa ada di dunia ini, bagaimana Deen, kaum seharusnya tahu ini ide yang menarik”. berusaha merayu Deen agar sepakat.
Sambil terdiam sejenak, ditambah karena desakan oleh Drellers, maka Deen pun hanya menganggukkan kepala, menerima dan mencoba masukan dariku.
Setelah semua sepakat, aku pun berinisiatif untuk bangun dan tersadar menuju dunia nyata, dengan kemampuan yang aku miliki sekarang tentu hal ini bukan hal yang sulit.


Paradox
Aku terbangun dari tidurku, mataku bengkak menandakan banyak hal yang terjadi selama aku tertidur.
“Bu, ibu.. berapa lama aku tertidur?”
“Yang jelas, Bangunlah sekarang, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan”. Sahut ibuku.
Di pagi itu merasa aku telah tidur sangat lama, namun melihat jam yang terus berdetak sepertinya memberitahuku bahwa tidurku sama sekali normal-norma saja, cukup normal untuk remaja sepertiku. Aku kembali melanjutkan kesibukanku, membantu orang tua di rumah, bergaul bersama temanku di lingkungan terdidik sampai menemukan hal baru di lingkungan yang baru.
Semua itu aku lakukan seakan mengikuti siklus kehidupan masa sekarang yang tidak jauh berbeda dari prinsip orang yang telah lama hidup sebelum saya. Bermain, belajar, mencari pekerjaan, menikah kemudian memiliki keluarga yang bahagia, dan akhirnya tidur dengan keadaan bahagia. Namun entah apa yang terjadi padaku memikirkan hal itu saja membuatku sangat bahagia, seingatku aku adalah tipe orag yang anti-mainstream. Hal itu aku sadari spontan ketika membaca tulisan yang merekat erat di dinding kamarku, tertulis;
“_Jika kamu ingin hidup begitu saja, maka jangan protes jika hidupmu terus begitu-begitu saja”.
Perasaanku seakan tak menentu, tadi pagi aku hanya hidup mengikuti arus sekarang aku malah melawan arus itu, apa yang sebenarnya, aku merasa ada sesuatu yang hilang dan aku tidak yakin apa itu. Hari ini benar-benar mengejutkanku,  yang ada dipikiranku sekarang bagaimana aku menyelesaikan masalahku ini. Aku berani bertaruh pasti aku melupakan sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang membuatku merasa bersalah, sesuatu yang. . .
“Aghhhh.. aku tidak dapat berfikir jernih”. Teriakku dalam kamar. Aku pun kembali tidur dengan normal. Namun Masalah itupun masih teringat setelahnya aku terbangun pagi-pagi sekali. Aku sangat ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi bagaimana pun caranya. Akupun berinisiatif untuk keluar rumah di pagi yang bahkan belum menampakkan cukup surya, dan berharap akan muncul jawaban. Menemukan apa yang sangat aku inginkan. Sesuatu yang hilang itu.
“Bro, apa ada yang hilang, bisa saya bantu”. Suara tetanggaku Emmeth terdengar ketika aku berpijak di batu besar di depanku.
“Oh ngga ada masalah bro, Cuma cari angin.” Berusaha cari alasan agar tidak seperti orang yang kehilangan (akal).
 “Asal Jangan lama-lama nanti masuk angin”, mengapa tidak masuk saja kerumahku, seperti biasa, aku punya beberapa sandwiches dan teh panas untuk dihabiskan.” Kata Emmeth.
Sempat terbesik di benakku bahwa keadaan ini telah aku alami sebelumnya, mirip Dejavu saja.
 “Haha iyah, makasih banyak kebetulan aku pengen makan itu”. Sambil melangkah pelan aku mulai masuk ke rumah Emmeth.”
“Sejak kapan kita terakhir berbincang”. Tanya Emmeth.
“Aku juga tidak yakin mungkin beberapa waktu yang lalu.” Sahutku
Sambil tersenyum, Emmeth pun mengatakan hal yang sentimentil terhadapku,
“Sepertinya ada yang tidak biasa darimu kawan, apa kamu punya masalah, atau semacamnya”
Aku pun berpanjang lebar mengatakan apa yang aku alami setelah mengalami semuanya, berfikir akan ada solusi setelah aku menceritakannya.
“Menurutmu, apa yang harus aku lakukan?” Keluhku.
“Hmm, apa kau masih ingat hal terakhir yang kau lakukan”.
“Sejauh ini aku mulai merasa aneh pas terbangun dari tidurku sepertinya”. Jawabku.”
“Hmm sesuatu yang terjadi, kalau sebelum tidur terlalu jauh, mungkin malah terlalu sulit di ingat,
“Nah bagaimana waktu kamu tidur, maksudku apa ada yang kamu ingat ketika bermimpi?”
“Tunggu sebentar, sepertinya aku mulai mengingat sesuatu”. Sahutku merasa yakin aku bisa mengingat semuanya.
Sambil memusatkan pikiranku dan menutup mataku, aku berusaha mengingat semua kejadian waktu aku bermimpi. Namun sekeras aku mencoba mengingat semuanya, hanya bayangan buram yang selalu ada. Membuat aku harus membuka mata dan berhenti memikirkan hal itu.
“Huh, sepertinya masih belum berhasil kawan,” kataku
“Hhe, santai saja, jangan terlalu dipikirkan bro.” Tenang Emmeth
“Oh iyah ngomong-ngomong mengenai mimpi, apa kau pernah berfikir kamu tersadar ketika bermimpi? Maksudku kamu tahu apa yang kamu lakukan di mimpimu ketika bermimpi itu adalah mimpi”.
“Fyuh baru kali ini aku tahu pertanyaan ada yang sulit. Sampai lidahku tergigit.” Sambung Emmeth
“Sepertinya aku pernah, entah bagaimana itu” Jawabku singkat.
“Nah bagaimana kamu melakukannya?” tanya Emmeth kembali.
“Entahlah, yang jelas aku langsung sadar bahwa itu adalah mimpi.”
“Kamu harus coba cara yang satu ini bro, jelas Emmeth dengan yakin.
Pertama kamu harus tahu bahwa beberapa mimpi terlihat sama-samar, itu berarti cahaya disana tidak terlalu bagus. Kamu hanya perlu menyesuaikan cahayanya. Itulah yang harus kau lakukan untuk menguji apakah kau sedang bermimpi. Kau bisa berlatih untuk mengenalinya. Tekan tombol sakelar kemudian jika lampunya menyala dan kau tak bisa mematikannya, maka kau sedang bermimpi.”
“Bagaimana aku mencari sakelar di dunia mimpi?”
“Entahlah kau bisa menvisualisasikannya, untuk dunia seperti itu aku kira bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.” Tegas Emmeth
Ide Emmeth sepertinya menarik,
“Baiklah akan aku coba nanti. Ah sekarang sudah mulai terang, ibuku mungkin akan mencariku, terima kasih teh dan sandwichesnya bro, aku sangat menyukainya”
“Sama-sama, senang bisa meluangkan waktu dengan orang lain”. Kata Emmeth sambil tersenyum.
Aku pun beranjak dari tempat dudukku, dan meninggalkan rumah Emmeth.
 “Walaupun tidak menemukan apa yang saya harapkan akan tetapi setidaknya aku menemukan hal yang lebih berguna hari ini, menghabiskan waktu bersama teman sepertinya menyenangkan juga. Oh iya, mungkin hanya perasaanku akan tetapi ini seperti pertama kali bergaul dengan tetanggaku.
Sesampainya di beranda rumahku, mengingat hai sudah mulai terang ibuku menyuruhku untuk men switch off lampu jalan yang berada di teras. Aku pun menekan tombol seperti biasa, sambil bermain-main aku berusaha menyeimbangkan kedua sakelar itu. Setelah itu aku pun mulai mengerjakan rutinitas ku di pagi buta ini.
“Nak, sudah dimatikan belum lampunya?” Sahut ibuku di dapur.
“Sudah bu, baru saja.” Jawabku santai.
Aku pun berbalik memastikan bahwa lampu benar-benar sudah aku switch off.
“Eh mengapa masih tetap nyala.” Kataku sambil terheran.
 Aku mencoba menekannya sekali lagi dan lampu itu tetap saja menyala tidak peduli berapa kali pun aku tekan. Perasaanku yang mulai tenang tidak lagi bertahan lama. Dari kejadian ini Aku menyadari perkataan Emmeth yang sebelumnya ternyata tepat. Aku sangat kebingungan, entah mana yang harus aku percayai. Dunia yang sangat begitu nyata ternyata hanya seolah serpihan kenangan yang membuatku semakin larut dalam ketidakpastian. Waktu jelas memberikanku kesempatan yang lebih lama dari waktu itu sendiri. Ini seperti kumpulan dari paradoks yang aneh.
Sekarang hanya ada satu hal yang aku ingin lakukan, bagaimana aku harus keluar dari mimpi ini secepat mungkin, aku tidak tahu apakh mungkin berhasil tau tidak, aku melangkah menuju kamarku dan menutup badanku dengan selimut yang sudah lama menemani tidur, namun hal itu belum juga berhasil, aku pun keluar membeli obat tidur yang ampuh, berharap aku bisa tidur di malam ini. Namun entah apa yang terjadi, malam sepertinya begitu terang seakan pagi yang terus saja memaksaku beraktifitas.
Di dunia ini sepertinya tidak mengenal tidur. Dengan semua yang aku lakukan, kembali usaha itu sama sekali tidak berefek. Setelah lama berusaha, aku mulai yakin ini hanyalah salah satu ujian agar membuatku menyerah. Namun aku bertanya pada diriku apakah aku akan begini selamanya, aku sudah bosan menyerah dan menerima apa saja yang ada di hadapanku, sekarang aku harus belajar melangkah maju. Aku tahu ini hanyalah masalah waktu, aku merasa hanya perlu berpura-pura menerima semua ini, pada akhirnya semua akan kembali pada keyakinan.
            Kakiku yang terus melangkah mengarahkanku pada batu besar yang aku yakini sebagai tempat pemberhentian. Ditempat itu aku berhasil mengingat semua apa yang terjadi. Pertemuanku dengan Grim, Lucid Society, Quest, Ghoul, Drellers, Deen, Shrief, Jimmy dan lainnya, aku merasa sangat bahagia bernostalgia hingga aku melupakan apa yang mesti selanjutnya aku lakukan.


Reconvening
            Mungkin inilah maksud dari semuanya, aku hanya ingin menyelesaikan satu permasalahanku sebelum yang lainnya. Bahkan aku belum sempat mengenal lebih dalam mengenai Lucid Society. Mungkin akan lebih baik jika aku tinggal lebih lama di dunia itu, setidaknya aku punya beberapa teman disana, tempat dimana aku berbeda bahkan di kehidupan nyataku tidak sebaik itu.
            Keadaan tiba-tiba menjadi genting ketika Shrief datang, dan mengatakan keadaan terkini mengenai Lucid Society.
            “Ah syukurlah kau cepat kembali. Sekarang ini kami mengalami beberapa masalah sejak terakhir kau menghilang dari dunia ini.” Kata Shrief sambil terengah.
“Baiklah dengarkan, kamu tahu Quest yang selalu diberikan NPC? Sekarang kami termasuk kamu sendiri akan mengikuti sebuah Quest, lawan kita kali ini adalah Guardian. Kamu pasti sudah tahu mengapa selama ini informasi mengenai para Guardian sangat sedikit, ditambah lagi mereka hanya muncul disaat Quest di umumkan. Singkatnya semua ini tentang agar kami lenyap dari dunia ini, hal itu hanyalah intrik Guardian agar menguasai dunia ini, dan “dunia mu”.
“Apa maksudmu Shrief, aku kira kemampuan terburuk Guardian hanya memungkinkan semua manusia dalam keadaan paralyzed.” Jawabku.
“Awalnya juga kami berpikiran demikian, ini berawal ketika Jimmy menyelidiki sekaligus mengikuti salah satu Guardian masuk ke area terlarang dunia ini. Wilayah itu disebut Cavemare. Masalahnya adalah kamu tahu kemana tujuan mereka sebenarnya? Dugaan Jimmy selama ini ternyata benar ketika ada salah satu dreller yang meninggal, maka salah satu dari Guardian akan masuk ke daerah tersebut.
”Lalu bagaimana, maksudku apa yang akan terjadi setelah mereka masuk kesana? Tanyaku.
“Tentu saja menuju ke dunia nyata, dan ternyata ini yang selalu mereka inginkan sejak dulu, kemampuan mereka yang luar biasa itu akan mereka gunakan di dunia nyata. Perasaanku mereka tidak mungkin hanya berniat melumpuhkan manusia di dunia nyata, aku yakin pasti ada rencana yang lebih mengejutkan dari itu, dan apapun itu aku sangat yakin itu berefek buruk untuk dunia nyata.”
Selain itu sekarang sepertinya NPC lebih bersahabat, salah satu NPC bernama Emmeth menyerukan kepada dewan NPC ditengah keramaian agar NPC juga bersedia membantu selama Quest berlangsung melawan Guardian, namun mereka menolaknya, akan tetapi setelah bercerita tentang itu dan walapun tidak ikut dalam Quest, para NPC bersedia menawarkan apa yang kami para Drellers butuhkan selama Quest berlangsung.”
Aku terkejut mendengar nama Emmeth, ternyata ia juga berada di dunia ini. Namun sekarang pertama aku harus menolong para Drellers sebelum terlambat. Aku bahkan terlalu lama memikirkan diriku sendiri bagaimana aku bisa menghilang di dunia ini, bagaimana aku kembali ke duniaku. Mungkin perasaan bersalahku dapat sedikit terbayar ketika aku membantu para Dreller menyelesaikan Quest ini.
            “Baiklah, apa yang harus aku lakukan sekarang ?” Tanyaku serius.
            “Ikut aku menuju Cavemare, di kedalaman 3 km teman kita telah menunggu disana” jawab Shrief.
            Aku melayang mengikuti Shrief menuju tempat yang dimaksud, setelah sampai bersama Shrief, aku perlahan masuk ke dalam gua yang aneh. Diperjalanan Shrief sempat menjelaskan bahwa setiap 1 km kita dihadapkan dengan berbagai mimpi buruk, semakin dalam maka semakin sulit pula untuk kita lalui, dan satu hal yang penting bahwa kemampuan special tidak akan berfungsi di dalam gua misterius itu.
            Pada tahap pertama setelah melewati beberapa meter tiba-tiba dibelakang kami muncul seseorang yang mengejar kami, aku tahu dari sentakan kakiknya yang tidak beraturan, namun Shrief sama sekali tidak bereaksi, ia terus mengejar kami, anehnya saat itu aku aku tidak dapat berlari kencang, aku sempat terhenti sejenak penasaran ingin melihat wajah orang yang mengejarku. Namun Shrief dengan sigap menarikku.
            “Jangan sesekali melihat wajahnya, semakin kau melihatnya, dari bawah dan menuju keatas maka kau akan tertidur selama-lamanya, terus berlari.”
            “Mengapa?” tanyaku.
            “Karena kamu takkan bisa mencapai ujung kepala orang itu, ia makhluk yang sering muncul di mimpi untuk menakuti mereka.” Jawab Shrief.
            “Untuk sekarang mungkin aku terbiasa dengan keadaan ini, para NPC yang sudah memberitahuku akan hal ini, namun informasi mereka juga hanya terbatas sampai kedalaman 3 Km, dimana teman kita sekarang menunggu.” Tambah Shrief.
            “Jadi sekarang di depan, apa yang sudah menunggu kita? Tanyaku.
            “Kamu tunggu saja, situasi nanti akan terlihat seperti dunia nyata, jadi tetap tenang dan jangan terperangkap. Jelas Shrief.
            Saat itu, situasi menjadi sangat kelam, mata kami sepertinya tidak dapat melihat apa-apa lagi, yang kami tahu, kami tetap harus maju untuk menyusul teman-teman kita didepan, tiba-tiba gambaran rekaman beberapa anak kecil muncul tepat dihapanku, setelah aku perhatikan baik-baik ternyata hal itu adalah gambaran singkat masa kecilku, namun yang membuatku drop adalah merupakan kumpulan pengalaman terburukku selama ini tersimpan dan berada di masa itu. Aku melihat aku sedang di hukum oleh kepala sekolahku karena dituduh mencuri barang milik orang lain, aku hanya terdiam menyaksikan kejadian itu namun Shrief kembali menenangkanku.
            “Sudahlah, terkadang ada beberapa hal yang buruk kita jalani hanya agar kita dapat menikmati kehidupan kita, aku malah bersyukur mempunyai banyak mimpi semacam itu karena masa kecil tidak akan terulang lagi dan hanya di masa itu kamu bisa melakukan hal konyol.”
            Aku pun merasa tenang mendengar hal itu.
            “Hei ada apa dengan mimpimu, tadi aku melihat anak laki-dan perempuan sedang berbincang,” tanyaku kepada Shrief setelah sedikit tenang.
            “Sudahlah aku malu memberitahumu, kita terus kedepan teman kita sudah dari tadi menunggu,” jawab Shrief dengan wajah memerah.
            Setelah sampai aku sangat senang melihat semua para drellers, semua menyambutku dengan senang namun bercampur ketegangan. Aku pun bertanya kepada Deen pa yang menghambat mereka sehingga berhentidi tempat ini.
            “Sekarang ini dilorong ini kami benar-benar buta, informasi yang diberikan NPC hanya berlaku sampai tahap ini, kami menunggumu kembali berharap kita mendapat kekuatan yang lebih. Baiklah karena semuanya sudah berkumpul, mari kita selesaikan tahap ini dan mencegah rencana para Guardian.” Tegas Deen.
            Secara perlahan kami melangkahkan kaki kedepan, tiba-tiba Black Hole muncul mengisap kami satu persatu, kami tidak berdaya melawan tarikannya, kami mengira ini merupakan akhir dari segalanya, namun hal yang mengejutkan kembali terjadi. Kami para Drellers seakan melayang di dunia hampa, dunia yang belum kami tahu sebelumnya, ditempat itu kami hanya menunggu tempat perpijakan. Dan berharap bisa keluar dari ini semua.